Oeroeg

oeroeg

Sampul Oeroeg terbitan Gramedia Pustaka Utama 2009, desain sampul karya Martin Dima

Oeroeg adalah roman karya Hélène “Hella” Serafia Haasse, merupakan karya pertama penulis kelahiran Pulau Jawa ini yang dirilis pada 1948. Robert Nieuwenhuys menyebutkan roman dengan jenis seperti Oeroeg ini menunjukkan konfrontasi antara timur dan barat pada masa memudarnya kekuasaan imperialisme barat. Hella yang pernah disebut sebagai grande dame van de Nederlandse literatuur menghabiskan 20 tahun masa hidupnya  di Hindia Belanda dari 1918 hingga 1938. Oeroeg sendiri disebutkan oleh Hella sebagian besar berdasarkan kesan dan pengalaman masa remajanya, salahsatu yang berkesan kuat pada dirinya adalah alam priangan. Hal ini dapat terlihat dari satu tempat yang menjadi lokasi beberapa peristiwa penting pada kehidupan tokoh utama cerita ini yang disebut Telaga Hideung. Tempat tersebut diakui Hella terinspirasi dari Telaga Warna sebuah danau vulkanik di daerah Puncak yang sering ia kunjungi ketika tinggal di Batavia.

Roman yang dibuka dengan sebuah kalimat pendek “Oeroeg kawanku” ini menceritakan perjalanan hidup dua orang laki-laki yang berbeda bangsa dan kelas sosial, Oeroeg yang pribumi dan tokoh utama “aku” yang berkebangsaan Belanda. Mereka dibesarkan bersama di alam priangan tetapi semakin dewasa semakin berbeda sekolah maupun jalan hidup yang ditempuh, ayah Oeroeg adalah seorang mandor yang menjadi bawahan ayah si “aku” seorang administrateur di perkebunan teh Kebon Jati Soekaboemi. Mereka berdua menjalin persahabatan walau banyak orang dari lingkungan mereka berada  memandang persahabatan itu tidak pada tempatnya karena masalah kelas sosial yang berbeda, sementara dari kacamata saat mereka kecil itu bukanlah masalah berarti.

Diceritakan bagaimana si “aku” kecil seorang Belanda totok tetapi karena dilahirkan dan besar di alam priangan lebih fasih berbahasa Sunda sehingga membuat ayahnya khawatir anaknya telah menjadi anak kampung, sang ayah merasa perlu mendatangkan guru khusus untuk mengajarinya bahasa Belanda. Sementara sahabatnya Oeroeg ketika memasuki usia remaja tidak ingin menggunakan peci karena merasa bukan muslim walau sesekali masih ke masjid, ditambah pula dengan baju dan potongan rambut ala Eropa Oeroeg yang inlander bergaya indo. Puncak perbedaan antara kedua sahabat terjadi ketika mereka dewasa si “aku” bergabung dengan tentara Pemerintah Belanda yang mencoba kembali dengan agresi militernya, sementara Oeroeg menjadi pejuang nasionalis Indonesia.

Roman ini dengan sangat menyentuh menceritakan apa makna tanah kelahiran bagi seseorang sekaligus hubungan persahabatan, dimana manusia yang saling bersahabat sedari awal memang sudah berbeda ditambah akan mengalami berbagai perubahan akibat paksaan, pilihan, pengalaman dan lingkungan yang dijalaninya.

Macan kumbang berbeda dari monyet, tapi apakah yang satu lebih rendah daripada yang lain?

Pralana luar:
Robert Nieuwenhuys – Mirror of the Indies: A History of Dutch Colonial Literature
[Web Archive] volkskrant.nl – Hella Haasse: grande dame van de literatuur 
moorsmagazine.com – Oeroeg Seven Times

0 Respons

Beri Respons