Perang Pasifik

perang-pasifik

Desain sampul & foto: Harzan Djajasasmita, Goro Susanto (Penerbit Buku Kompas, 2009)

 

Mana kapal selam, mana kapal penjelajah kita? ~ P.K. Ojong

Buku setebal 352 halaman ini merupakan kumpulan tulisan P.K. Ojong dimana sebagian besar karangan tersebut pernah dimuat secara berseri pada majalah mingguan  Star Weekly dari 15 Desember 1956 sampai dengan 11 Mei 1957. Dan pada tahun 1957 pula kumpulan tulisan tersebut diterbitkan dalam bentuk buku oleh Penerbit PT Keng Po, buku yang saya pegang sendiri merupakan cetakan XI yang diterbitkan oleh Penerbit Buku Kompas tahun 2009.

Buku ini mengulas Perang Dunia II di Kawasan Asia Pasifik yang dimulai dengan serangan militer Jepang ke Pearl Harbor pada 8 Desember 1941 hingga menyerahnya Jepang di geladak kapal perang USS Missouri “Mighty Mo” tanggal 2 September 1945. Peristiwa Perang Pasifik sendiri amat berperan besar menentukan nasib bangsa Indonesia, salahsatu peristiwa penting yang mendorong proklamasi kemerdekaan Indonesia.

P.K. Ojong mengupas Perang Pasifik sebagai perang lautan modern yang melibatkan secara intensif penggunaan pesawat udara, kapal selam dan pendaratan amfibi yang berperan besar menentukan kemenangan, dimana pertempuran laut klasik antara kapal perang melawan kapal perang semakin jarang terjadi. Perang Pasifik menyadarkan banyak kalangan ahli militer laut yang sebelumnya tidak percaya hanya dengan pesawat udara saja sanggup menghancurkan kapal perang, peristiwa Pearl Harbor sendiri menjadi bukti kuat karena di sini-lah Jepang mendemonstrasikan bagaimana 360 pesawat terbang Jepang jenis pembom dan pemburu secara mendadak dapat menenggelamkan dan merusakkan delapan kapal tempur Angkatan Laut Amerika. Hal pahit serupa dialami oleh Angkatan Laut Inggris dimana pada tanggal 10 Desember 1941 kapal tempur Prince of Wales dan kapal penjelajah-tempur Repulse ditenggelamkan oleh sekitar 50 pesawat pengebom Jepang.  Pada buku ini disebutkan Wiiliam Mitchell-lah yang pada tahun 1919 meramalkan bahwa kapal tempur bisa ditenggelamkan oleh serangan udara saja, tetapi pendapatnya saat itu tidak dipercaya kalangan petinggi tentara dan maritim bahkan menjadi bahan tertawaan.

P.K. Ojong juga menyebutkan bahwa sumber peperangan sendiri sering adalah sebuah buku. Jerman punya buku Hitler Mein Kampf, sementara di Jepang pada tahun 1920 terbit buku Ikki Kita (sepertinya yang ia maksud adalah buku berjudul Nihon Kaizō Hōan Taikō yang ditulis oleh Ikki Kita dan terbit pada 1919, buku yang memang sangat berpengaruh di kalangan militer Jepang saat itu).

Ditulis dengan bahasa yang mudah dicerna dan tidak membosankan menjadikan buku yang sudah ditulis puluhan tahun lalu ini tetap enak dibaca ditambah dengan ilustrasi peta pergerakan militer dan photo-photo dari kedua pihak yang bertempur. Beberapa peristiwa penting pada Perang Pasifik yang diceritakan pada buku ini telah diangkat ke layar lebar seperti peristiwa Pearl Harbor (Pearl Harbor, 2001), Pertempuran Iwo Jima dimana kecerdasan dan kegigihan komandan pasukan Jepang Jenderal Tadamichi Kuribayashi menimbulkan kekaguman bahkan di kalangan Amerika yang menjadi musuh utamanya (Flags of Our Father, 2006) hingga tenggelamnya kapal induk Yamato (Yamato, 2005). Tak mau ketinggalan beberapa permainan komputer/konsol yang saya ingat ada juga yang menggunakan latar peristiwa pada Perang Pasifik seperti Medal of Honor: Pacific Assault (2004), Deadly Dozen: Pacific Theater (2002) dan Battlefield 1943 (2009).

Untuk yang tergila-gila dengan sejarah perang khususnya Perang Dunia II buku Perang Pasifik ini layak untuk dibaca atau menambah daftar koleksi.

0 Respons

Beri Respons